Seperti apa tata cara dan doa sholat dhuha? Simak selengkapnya di sini.
Dalam Islam, untuk menyempurnakan shalat wajib, orang muslim juga dianjurkan untuk sering melakukan shalat sunat. Selain itu, disunatkan juga untuk melakukan sholat sunat di malam hari seperti sholat tahajud atau sholat dhuha yang dilakukan di pagi hari.
Setiap sholat sunat memiliki kepentingan, manfaat dan keutamaan masing-masing. Dalam studi yang dilakukan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung, salah satu manfaat shalat doa jika dilakukan secara teratur dapat memberi pengaruh pada sisi intelektual, fisik, spiritual, kecerdasan emosional, dan ekonomi.
Sholat Dhuha termasuk sholat sunat yang berhubungan dengan waktu. Disebut sholat dhuha karena sholat ini dikerjakan pada waktu dhuha, yakni saat matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta mulai dari terbitnya matahari atau sekitar pukul 07:00 pagi, sampai sebelum waktu dhuhur.
Namun, waktu yang lebih utama adalah setelah seperempat siang. Yakni sekitar pukul 08.30. Di Arab, waktu ini ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak unta beranjak. Inilah waktu terbaik sholat dhuha. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Bahwasanya Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan shalat dhuha (di awal pagi). Dia berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’." (HR Muslim).
Sama seperti pada shalat sunat lainnya, doa sholat dhuha yang dibacakan tentunya memiliki keutamaan tersendiri. Sebelum membahan doa sholat dhuha, ada baiknya untuk mempelajari terlebih dulu hal-hal yang berkaitan dengan shalat dhuha.
Shalat dhuha termasuk salah satu sholat sunat yang sangat dianjukan oleh Rasulullah SAW. Dalam salah satu hadist beliau bersabda: “Barang siapa yang melakukan sholat dhuha dua belas rakaat, Allah akan membuatkan baginya istana di surga.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)..
Hadist tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya jumlah rakaat sholat dhuha adalah sebanyak 12 rakaat. Namun, hal tersebut adalah jumlah maksimal. Sebab, jumlah rakaat sholat dhuha minimal adalah 2 rakaat dan maksimal adalah 12 rakaat.
Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah suatu syarat sehingga tidak ada keharusan melakukannya. Namun Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, hukumnya sunnah.
Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW. Bagi yang melafadzkan niat, lafadz niat sholat dhuha adalah sebagai berikut:
“Ushollii Sunnatadh Dhuha Rok’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa’an Lillaahi Ta’aalaa,” artinya: “Aku niat sholat sunnah Dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta’ala.”
Baca Juga: 5 Tips Mengajarkan Anak Salat Lima Waktu
Sebelum membaca doa sholat dhuha, ada rukun dan tata cara sholat huha yang harus diketahui. Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib berkata: “Rasulullah SAW pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam.” (HR Abu Dawud).
Tata cara sholat dhuha yang terdiri dari 2 rakaat yakni:
Rukun Rakaat Pertama:
Rukun Rakaat Kedua:
Sebenarnya, tidak ada doa sholat dhuha khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits shahih. Sehingga dalam kitab-kitab Fiqih populer, para ulama sama sekali tidak mencantumkan doa sholat dhuha.
Baik dalam Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab maupun Fiqih Manhaji Mazhab Imam Syafi’i, semuanya tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Sehingga, seseorang membaca doa shalat dhuha sesuai keinginannya dengan doa apapun yang baik.
Meski begitu, ada satu doa sholat dhuha yang sangat populer, yaitu:
“Alloohumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Alloohumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiron fayassirhu, wa inkaana harooman fathohhirhu, wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudrotika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin.”
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu.
Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”
Doa ini dicantumkan oleh Asy Syarwani dalam Syarh Al Minhaj dan juga oleh Ad Dimyathi dalam I’anatuth Thalibiin. Meskipun bukan berasal dari hadits Nabi, doa sholat dhuha ini boleh saja dibaca. Boleh pula membaca doa lainnya yang penting isinya baik. Bahkan, diperbolehkan pula berdoa dengan bahasa Indonesia karena doa tersebut dibaca di luar sholat.
Terkait dengan bacaan sholat dhuha, kadang ada pertanyaan, surat apa yang harus dibaca setelah selesai surat Al-Fatihah? Tidak ada hadits shahih yang menjelaskan surat apa yang harus dibaca. Berbeda dengan sholat jumat atau sholat subuh yang ada hadits shahih menerangkan sunnahnya membaca surat tertentu.
Biasanya, banyak orang muslim yang mengerjakan shalat dhuha karena bisa mendatangkan rezeki. Ternyata, manfaat shohal dhuha bukan hanya itu. Hingga membaca doa sholat dhuha setelah selesai shalat, ada beberapa manfaat dan keutamaan sholat dhuha yang akan didapatkan. Apa saja?
ada beberapa keutamaan sholat dhuha. Berikut ulasannya.
Moms, shalat dhuha termasuk salah satu dari shalat sunah yang dianjurkan. Terdapat banyak dalil, baik dari Al-Qur’an maupun hadits yang menegaskan keutamaan shalat dhuha. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in menjelaskan sebagai berikut.
“Shalat dhuha disunahkan berdasarkan firman Allah SWT, ‘Bertasbih bersama dia di waktu petang dan pagi.’ Ibnu Abbas menafsirkan shalat isyraq adalah shalat dhuha. Bukhari-Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ‘Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.’”
Wasiat Nabi tersebut tidak hanya khusus bagi Abu Hurairah, tetapi berlaku untuk seluruh umat Nabi Muhammad SAW karena di dalam hadits lain disebutkan shalat dhuha memiliki banyak keutamaan dan hikmah. Di antara hikmah shalat dhuha ialah sebagai berikut.
Baca Juga: Tata Cara dan Doa Sholat Dhuha untuk Melancarkan Rezeki, Yuk Hafalkan!
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha dosanya akan diampuni oleh Allah SWT, meskipun dosa tersebut sebanyak buih di lautan. Rasulullah bersabda sebagai berikut.
“Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Setiap orang tentu tidak ingin dianggap sebagai orang lengah ataupun lalai dalam hal mencari rahmat Tuhan. Salah satu cara agar terhindar dari sifat lalai adalah mengerjakan shalat dhuha. Rasulullah bersabda sebagai berikut.
“Orang yang mengerjakan shalat dhuha tidak termasuk orang lalai.” (HR Al-Baihaqi dan An-Nasa’i).
Rasulullah bersabda sebagai berikut.
“Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua raka’at.” (HR Muslim).
Selain tiga hikmah di atas, masih banyak hikmah shalat dhuha yang disebutkan dalam hadits Nabi. Shalat Dhuha biasanya dikerjakan ketika matahari sudah mulai naik seukuran tombak, atau kisaran pukul 07.00 pagi, sampai tergelincirnya matahari. Minimal raka’at shalat dhuha adalah dua raka’at dan lebih utama dikerjakan sebanyak delapan raka’at.
Itulah beberapa hal penting terkait sholat dhuha yang perlu Moms ketahui. Semakin sering kita mengerjakannya, semakin besar juga kemungkinan kita untuk mendapatkan hikmah dan keutamaannya.